Rabu, 03 Juli 2013

macam-macam kurikulum/muhammad faiz




MACAM-MACAM KURIKULUM

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : pengembangan kurikulum PAI

 


A.    PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Dalam pengembangan kurikulum telah diungkapkan empat aliran pendidikan yaitu pendidikan klasik, pribadi, teknologi, interaksionis. Empat aliran itu bertolak dari asumsi yang berbeda dan mempunyai pandangan yang berbeda pula tentang kedudukan dan peranan pendidik, peserta didik, isi, maupun proses pendidikan. Empat aliran atau teori pendidikan tersebut memiliki model konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang berbeda. Model konsep kurikulum dan teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistic, teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis dan dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial.[1]
B.     RUMUSA MASALAH
1.        Apa pengertian kurikulum?
2.        Bagaimana Macam-macam Model Konsep Kurikulum?
3.        Bagaimana Pembagian Kurikulum?

C.    PEMBAHASAN
1.        Pengertian kurikulum
Perkataan kurikulum dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah: “1. A race course; a placa for running; a chariot. 2. A course in general; applied particulary to the course of study in university”. Jadi ”kurikulum” dimaksud suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. “Kurikulum” juga berarti “chariot” semacam kereta pacu pada zaman dahulu, yakni suatu alat yang membawa seorang dari “start” sampai “finish”.
Di samping penggunaan kurikulum semula dalam idang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan.
Definisi kurikulum menurut para ahli kurikulum
1.      J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning For Better Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut. “The curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
2.      Harold B. Albertics. Dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965) memandang kurikulum sebagai “all of the activities that are provided for students by the school”. Seperti halnya ddengan definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan pengalaman siswa di luar mata pelajaran tradisional.
3.      B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai “a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.[2]
2.         Macam-macam model konsep Kurikulum
a)      Kurikulum subjek akademis
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri, kirikulumnya mirip dengan ini. Sampai sekarang walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Mengapa demikian? Kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya.
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang beroriemtasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Ciri-ciri Kurikulum Subjek Akademis
Tujuan kurikulum subjek akademis adalah member pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Para siswa harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannyasekolah harus memberi kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka mengusai  warisan budayadan jika mungkin memperkayanya.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sistematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan tujuan dan sifat mata pelajaran.[3]
b)      Kurikulum Humaniastik
Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan konsep pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J. Rousseau (Romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektualnya, tetapi juga segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesdaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal, dan mistikisme modern.
Ciri-ciri kurikulum Humanistik
Tujuan kurikulum ini adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian.
Kurikulum humanistic menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan hanya bersifati intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.
Model evaluasi lebih mengutamakan proses dari pada hasil.[4]
c)      Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini berbeda dengan model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema  yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Para rekonstruksionis sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasa individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui consensus sosial.
Ciri-ciri Kurikulum Rekontruksi Sosial
Tujuan utama kurikulum ini adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi.
Kegiatan belajar dipusatkan pada malah-masalah sosial yang mendesak.
Pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda di tengah-tengahya sebagai poros dipilih sesusatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema di jabarkan sejumlah topik yang di bahas dalam diskusi-diskusi kelompok.[5]
d)     kurikulum Teknologi
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dibidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaanya dengan pendidikan klasik yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi di arahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut akan tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu ompetensi yag besar di uraikan menjdi perilaku –prilaku yang dpat di amati dan diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (sofwere) dan perangkat kersas (hardware). Penetapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi system (system technology).
Teknologi  pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat contoh-contoh model pengajaran modul, pengajaran bantuan computer, dll.
Ciri-ciri Kurikulum Teknologi
Tujuanya diarahkan kepada penguasaan kompetensi, yang diruskan dalam bentuk periaku.
Pengajaran bersifat indifidual tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakanya dan maju sesuai kecepatan masing-masing.
Evaluasi dilakukan setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, ataupun semester.[6]
3.  Pembagian Kurikulum
1. Berdasarka Konsep dan Pelaksanaannya
·         Kurikulum ideal yakni kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal dan yang dicita-citakan. kurikulum ini diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar.oleh karena itu kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru, maka maka kurikulum ini juga dinamakan kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written curriculum). contoh dari kurikulum ini adalah kurikulum sebagai suatu dokumen seperti kurikulum SMU 1989,kurikulum SD 1975 yang berlaku pada tahun itu dan lain sebagainya.
·         Kurikulum aktual yakni kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan, namun seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar. Selain itu kurikulum aktual juga dapat diartikan sebagai kurikulum yang secara real dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada.. kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kurikulum aktual diantaranya adalah sarana yang tersedia disekolah, kemampuan sumberdaya manusia khususnya guru dan kebijakan-kebijakan sekolah.
·         Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) yakni segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum aktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Makna lain dari kurikulum tersembunyi yaitu segala sesuatu yang tidak direncanakan atau tidak diprogramkan yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku siswa. segala segala sesuatu yang dapat mempengaruhi itu bisa adat istiadat,kebudayaan,kebiasaan dan sebagainya termasuk prilaku guru dan organisasi kelas. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.
Dalam konteks pengembangan kurikulum mikro hidden curriculum bisa dilihat dari dua konteks, yakni tujuan yang tidak dideskripsikan (tersembunyi) akan tetapi pencapaiannya harus dipertimbangkan serta kejadian yang tidak direncanakan yang dapat digunakan sebagai jembatan untuk mengajarkan topik tertentu.
   2. Berdasarkan Struktur dan Materi Mata Pelajaran yang Diajarkan
·         Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum) yaitu kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan seterusnya.
·         Kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.
·         Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.
   3. Berdasarkan Pengembangnya dan Penggunaannya,
·         Kurikulum nasional (national curriculum) yaitu kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional.
·         Kurikulum negara bagian (state curriculum) yaitu kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian (provinsi).
·         Kurikulum sekolah (school curriculum) yaitu kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah yang lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam kurikulum.[7]





D.    KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah.[8]
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, kurikulum banyak mengalami perubahan. Dalam pengembangan kurikulum telah diungkapkan empat aliran pendidikan yaitu pendidikan klasik, pribadi, teknologi, interaksionis. Empat aliran itu bertolak dari asumsi yang berbeda dan mempunyai pandangan yang berbeda pula tentang kedudukan dan peranan pendidik, peserta didik, isi, maupun proses pendidikan. Empat aliran atau teori pendidikan tersebut memiliki model konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang berbeda. Model konsep kurikulum dan teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistic, teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis dan dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial.[9]
Kurikulum juga diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, seperti pembagian kurikulum berdasarka konsep dan pelaksanaannya, berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, dan berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya.




DAFTAR PUSTAKA
*      Mulyasa, E., KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Sebuah Panduan Praktis, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006
*      Nasution, S., Asas-Asas Kurikulum, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1994
*      Sukmadinata, Nana Syaodih, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997


[1] Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997, hlm. 81
[2] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 1-5
[3] Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit, hlm. 81-85
[4] Ibid, hlm. 86-91
[5] Ibid, hlm. 91-95
[6] Ibid. hlm. 96-97
[8] E. Mulyasa, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Sebuah Panduan Praktis, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 4
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Loc. Cit. hlm. 81