MACAM-MACAM KURIKULUM
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : pengembangan kurikulum PAI
A.
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan alat yang sangat
penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan
tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam sejarah pendidikan di
Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang
tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan
zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Dalam pengembangan kurikulum telah
diungkapkan empat aliran pendidikan yaitu pendidikan klasik, pribadi,
teknologi, interaksionis. Empat aliran itu bertolak dari asumsi yang berbeda
dan mempunyai pandangan yang berbeda pula tentang kedudukan dan peranan
pendidik, peserta didik, isi, maupun proses pendidikan. Empat aliran atau teori
pendidikan tersebut memiliki model konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang
berbeda. Model konsep kurikulum dan teori pendidikan klasik disebut kurikulum
subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistic, teknologi
pendidikan disebut kurikulum teknologis dan dari pendidikan interaksionis
disebut kurikulum rekonstruksi sosial.[1]
B.
RUMUSA MASALAH
1.
Apa pengertian kurikulum?
2.
Bagaimana Macam-macam Model Konsep Kurikulum?
3.
Bagaimana Pembagian Kurikulum?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian kurikulum
Perkataan kurikulum dikenal sebagai
istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Perkataan
ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama
kalinya dalam kamus tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah: “1. A race
course; a placa for running; a chariot. 2. A course in general; applied
particulary to the course of study in university”. Jadi ”kurikulum” dimaksud
suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari
awal sampai akhir. “Kurikulum” juga berarti “chariot” semacam kereta pacu pada
zaman dahulu, yakni suatu alat yang membawa seorang dari “start” sampai
“finish”.
Di samping penggunaan kurikulum
semula dalam idang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan.
Definisi kurikulum menurut para ahli kurikulum
1.
J. Galen Saylor dan
William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning For Better
Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut.
“The curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning,
whether in the classroom, on the playground, or out of school”. Jadi segala
usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di
halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi
juga apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
2.
Harold B. Albertics. Dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965)
memandang kurikulum sebagai “all of the activities that are provided for
students by the school”. Seperti halnya ddengan definisi saylor dan Alexander,
kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi
kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang berada di bawah tanggung
jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan pengalaman siswa di luar
mata pelajaran tradisional.
3.
B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai “a
sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of
disciplining children and youth in group ways of thinking and acting”. Mereka
melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat
diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai
dengan masyarakatnya.[2]
2.
Macam-macam model konsep
Kurikulum
a)
Kurikulum subjek akademis
Model konsep kurikulum ini adalah
model yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri, kirikulumnya mirip
dengan ini. Sampai sekarang walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya
sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Mengapa demikian? Kurikulum ini sangat
praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya.
Kurikulum subjek akademis bersumber
dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang beroriemtasi pada
masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para
pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil
budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.
Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil
dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Ciri-ciri Kurikulum Subjek Akademis
Tujuan kurikulum subjek akademis
adalah member pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan
ide-ide dan proses “penelitian”. Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin
ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat
terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Para siswa harus belajar
menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannyasekolah harus
memberi kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka mengusai warisan budayadan jika mungkin memperkayanya.
Metode yang paling banyak digunakan
dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide
diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.
Konsep utama disusun secara sistematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk
selanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai
masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum
subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan tujuan
dan sifat mata pelajaran.[3]
b)
Kurikulum Humaniastik
Kurikulum Humanistik dikembangkan
oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran
pendidikan konsep pribadi (personalized education) yaitu John Dewey
(progressive education) dan J.J. Rousseau (Romantic education). Aliran
ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka percaya bahwa siswa
mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para
pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina
manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektualnya, tetapi juga segi
social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
Pendidikan mereka lebih menekankan
bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau
bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesdaran diri
sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada
beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan
konfluen, kritikisme radikal, dan mistikisme modern.
Ciri-ciri kurikulum Humanistik
Tujuan kurikulum ini adalah proses
perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas,
dan otonomi kepribadian.
Kurikulum humanistic menekankan
integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan hanya bersifati intelektual tetapi
juga emosional dan tindakan.
Model evaluasi lebih mengutamakan proses
dari pada hasil.[4]
c)
Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini berbeda dengan model
kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber
pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya
sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau
interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dan guru, tetapi juga antara siswa
dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber
belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan
problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Para rekonstruksionis sosial tidak
mau terlalu menekankan kebebasa individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid
bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui consensus sosial.
Ciri-ciri Kurikulum Rekontruksi Sosial
Tujuan utama kurikulum ini adalah
menghadapkan para siswa pada tantangan, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi.
Kegiatan belajar dipusatkan pada
malah-masalah sosial yang mendesak.
Pola organisasi kurikulum disusun
seperti sebuah roda di tengah-tengahya sebagai poros dipilih sesusatu masalah
yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema di jabarkan
sejumlah topik yang di bahas dalam diskusi-diskusi kelompok.[5]
d)
kurikulum Teknologi
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi dibidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini
ada persamaanya dengan pendidikan klasik yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi
di arahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut akan tetapi
pada penguasaan kompetensi. Suatu ompetensi yag besar di uraikan menjdi
perilaku –prilaku yang dpat di amati dan diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang
pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat
lunak (sofwere) dan perangkat kersas (hardware). Penetapan teknologi perangkat
keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology),
sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi system
(system technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih
menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan
efektifitas pendidikan. Kurikulumya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai
alat contoh-contoh model pengajaran modul, pengajaran bantuan computer, dll.
Ciri-ciri Kurikulum Teknologi
Tujuanya diarahkan kepada penguasaan
kompetensi, yang diruskan dalam bentuk periaku.
Pengajaran bersifat indifidual tiap
siswa menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakanya dan maju sesuai
kecepatan masing-masing.
Evaluasi dilakukan setiap saat, pada
akhir suatu pelajaran, ataupun semester.[6]
3. Pembagian Kurikulum
1. Berdasarka Konsep dan
Pelaksanaannya
·
Kurikulum ideal yakni
kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal dan yang dicita-citakan. kurikulum ini
diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru
dalam proses belajar dan mengajar.oleh karena itu kurikulum ideal merupakan
pedoman bagi guru, maka maka kurikulum ini juga dinamakan kurikulum formal atau
kurikulum tertulis (written curriculum). contoh dari kurikulum ini adalah
kurikulum sebagai suatu dokumen seperti kurikulum SMU 1989,kurikulum SD 1975
yang berlaku pada tahun itu dan lain sebagainya.
·
Kurikulum aktual yakni
kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan
pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan, namun seharusnya mendekati
dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang
tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan
yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada
pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar. Selain
itu kurikulum aktual juga dapat diartikan sebagai kurikulum yang secara real
dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada..
kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kurikulum aktual
diantaranya adalah sarana yang tersedia disekolah, kemampuan sumberdaya manusia
khususnya guru dan kebijakan-kebijakan sekolah.
·
Kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) yakni segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum
ideal menjadi kurikulum aktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru,
kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu
sendiri. Makna lain dari kurikulum tersembunyi yaitu segala sesuatu yang tidak
direncanakan atau tidak diprogramkan yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku
siswa. segala segala sesuatu yang dapat mempengaruhi itu bisa adat
istiadat,kebudayaan,kebiasaan dan sebagainya termasuk prilaku guru dan
organisasi kelas. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah,
tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru
datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi
kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian
peserta didik.
Dalam konteks pengembangan kurikulum mikro hidden curriculum bisa
dilihat dari dua konteks, yakni tujuan yang tidak dideskripsikan (tersembunyi)
akan tetapi pencapaiannya harus dipertimbangkan serta kejadian yang tidak
direncanakan yang dapat digunakan sebagai jembatan untuk mengajarkan topik
tertentu.
2. Berdasarkan Struktur
dan Materi Mata Pelajaran yang Diajarkan
·
Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum) yaitu kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk
diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan
terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan seterusnya.
·
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu.
Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran
sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses
pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah
Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa
mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.
·
Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan
secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.
3. Berdasarkan
Pengembangnya dan Penggunaannya,
·
Kurikulum nasional (national curriculum) yaitu kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat
nasional dan digunakan secara nasional.
·
Kurikulum negara bagian (state curriculum) yaitu kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian
(provinsi).
·
Kurikulum sekolah (school curriculum) yaitu kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah yang
lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam kurikulum.[7]
D.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan
oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara,
khususnya oleh guru dan kepala sekolah.[8]
Seiring perkembangan zaman dan
teknologi, kurikulum banyak mengalami perubahan. Dalam pengembangan kurikulum
telah diungkapkan empat aliran pendidikan yaitu pendidikan klasik, pribadi,
teknologi, interaksionis. Empat aliran itu bertolak dari asumsi yang berbeda
dan mempunyai pandangan yang berbeda pula tentang kedudukan dan peranan
pendidik, peserta didik, isi, maupun proses pendidikan. Empat aliran atau teori
pendidikan tersebut memiliki model konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang
berbeda. Model konsep kurikulum dan teori pendidikan klasik disebut kurikulum
subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistic, teknologi
pendidikan disebut kurikulum teknologis dan dari pendidikan interaksionis
disebut kurikulum rekonstruksi sosial.[9]
Kurikulum juga diklasifikasikan menjadi
beberapa klasifikasi, seperti pembagian kurikulum berdasarka konsep dan
pelaksanaannya, berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan,
dan berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E., KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Sebuah Panduan
Praktis, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006
Nasution, S., Asas-Asas Kurikulum, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
1994
Sukmadinata, Nana Syaodih, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan
Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997
[1] Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktek,
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997, hlm. 81
[2] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
1994, hlm. 1-5
[3] Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit, hlm. 81-85
[4] Ibid, hlm. 86-91
[6] Ibid. hlm. 96-97
[8] E. Mulyasa, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Sebuah Panduan
Praktis, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 4
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Loc. Cit. hlm. 81